Selasa, 15 Mei 2012

MASALAH KURIKULUM


BERBAGAI MASALAH KURIKULUM[1]

A.      Masalah Umum
Berbagai maslah yang termasuk dalam masalah umum dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok, yaitu Bidang Cakupan (scope), Relevansi, Keseimbangan, integrasi, Sekuens, Kontinuitas, Artikulasi, dan Kemampuan Transfer (Transfer Ability).

1.       Bidang Cakupan (Scope).
Scope atau bidang cakupan dapat didefinisikan sebagai “Luas” kurikulum, yang didalamnya mencakup berbagai topik, pengalaman belajar, aktivitas, pengintegrasian dan pengorganisasian berbagai elemen tersebut.

Untuk menetukan scope tersebut, para pengembang kurikulum dihadapkan pada sejumlah permasalahan berikut.
1.       Pengorganisasian Berbagai Elemen dan Hubungan Antar Elemen tersebut.
Menurut J. I. Goodlad, Scope adalah sebagai “the actual focal point for learaning through which the school’s objectives are to attained”. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa unsur-unsur scope merupakan hal-hal pokok (actual points) yang harus dipelajari siswa disekolah.

2.     Pesatnya Perkembangan IPTEK.
        Sebagai ujung tombak dari implementasi kurikulum, sudah sewajarnya guru terus mencermati keterbatasan materi pelajaran. Ini dikarenakan dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi cenderung terus berkembang dan meningkat sedemikian pesatnya.

3.       Penetapan Prosedur Tujuan.
Caswel dan Campbell (Olivia, 1992) mengingatkan bahwa prosedur tujuan bukan hanya menyangkut pengalaman belajar, topic, maupun organisasi dan hubungan antar elemen, tetapi juga menyangkut lima tahapan berikut.
a.       Penetapan tujuan yang inklusif;
b.       Tujuan umum tersebut harus dirumuskan lagi kedalam sejumlah pernyataan tujuan umum yang lebih “kecil”;
c.        Sejumlah pernyataan tersebut diterjemahkan kedalam tujuan institusional;
d.       Selanjutnya, tujuan institusional tersebut diuraikan kedalam tujuan per mata pelajaran (bidang studi); dan
e.       Masing-masing tujuan per mata pelajaran atau bidang studi tersebut harus diuraikan kedalam tujuan pembelajaran umum, yang selanjutnya dijabarkan lagi menjadi tujuan pembelajaran khusus per pokok bahasan, sengan ketentuan bahwa pernyataan tersebut dapat diukur.

4.       Pengambilan Keputusan.
Masalah lain yang dihadapi dalam penentuan scope kurikulum adalah pengambilan keputusan tentang jadi atau tidaknya scope tersebut ditetapkan sebagai cakupan sebuah kurikulum.

2.       Relevansi.
Relevansi atau kesesuaian merupakan masalah lain yang cukup esensial dan harus mendapatkan perhatian dalam pengembangan kurikulum.

3.       Keseimbangan.
Dalam sulitnya mendefinisikan kata balance atau keseimbangan, Olivia menunjukkan beberapa variable yang harus dipertimbangkan seperti :
1.       Kurikulum yang berpusat pada siswa (child-centered curriculum) dan kurikulum berpusat pada pelajaran (subject-centered curriculum);
2.       Kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat (needs assessments);
3.       Pendidikan umum dan pendidikan khusus;
4.       Luas dan dalamnya kurikulum;
5.       Tiga domain penting pendidikan (kognitif, afektif, dan psikomotorik);
6.       Pendidikan individual dan pendidikan masyarakat;
7.       Inovasi dan tradisi;
8.       Logis dan psikologis;
9.       Kebutuhan yang diharapkan dan tidak diharapkan siswa;
10.    Kebutuhan akademis yang diharapkan;
11.    Metode, pengalaman, dan strategi;
12.    Cepatnya perubahan dan pergantian waktu atau masa;
13.    Dunia kerja dan permainan;
14.    Sekolah dan masyarakat sebagai sumber daya dalam pendidikan;
15.    Disiplin kelembagaan;
16.    Tujuan kelembagaan; dan
17.    Disiplin ilmu.
4.       Integrasi.
Para pengembang kurikulum harus peduli terhadap masalah pengintegrasian mata pelajaran. Pengintegrasian berarti memadukan, menggabungkan, dan menyatukan antar disiplin ilmu.  Kurikulum adalah suatu hal yang terintegrasi. Kadar dan tingkat keintegrasian lebih ditentukan oleh dasar filosopi pengembang kurikulum, dibandingkan berdasarkan data empiris. Namun, karena tidak semua guru berpandangan demikian, dengan alasan bahwa terdapat beberapa pelajaran yang harus diajarkan terpisah (separated), maka kalangan progresif menawarkan agar para guru, sebagai pengembang kurikulum, memosisikan dirinya pada continuum (rangkaian) seperti yang ditampilkan pada gambar berikut.








Subjek
 

Kolerasi
 

Integrasi
 
 
 




Gambar
Kontinum Pendidikan

 



 

5.       Sekuens (Sequence).
Sekuens (Sequence) berarti susunan atau urutan pengelompokan kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan kurikulum. Bila scope mengacu pada “apa”, maka sekuens lebih mengacu pada “kapan” dan “dimana” pokok-pokok bahasan tersebut ditempatkan dan dilaksanakan. Berikut adalah langkah-langkah sekuens :
1.       Mulai dari yang paling sederhana menuju yang kompleks;
2.       Menuruti alur kronologis;
3.       Balikan dari alur kronologis;
4.       Mulai dari keadaan geografis yang dekat sampai ke yang jauh;
5.       Dari jauh menuju dekat;
6.       Dari kongkret ke abstrak;
7.       Dari umum menuju khusus; dan
8.       Dari khusus menuju umum.

6.       Kontinuitas.
Kontinuitas merupakan pengulangan terencana tentang isi (conten) untuk mencapai keberhasilan. Tyler mendeskripsikan kontinuitas sebagai pengulangan vertical dari elemen atau unsure kurikulum.

Pada dasarnya, prinsip kontinuitas menyerupai dengan apa yang disebut “Spiral curriculum”,  yaitu pengenalan konsep, keterampilan, dan pengetahuan secara berulang. Dalam permasalahan kontinuitas ini, dibutuhkan tingkat keahlian yang tinggi dari perencana kurikulum, baik menyangkut pengetahuan terhadap materi pelajaran (subject matter), maupun penmgetahuan tentang siswanya.

7.       Artikulasi.
Artikulasi diartikan sebagai pertautan antara kelompok elemen atau unsure lintas tingkatan sekolah. Contohnya dapat dilihat antara SD dan SLTP, SLTA dan SMA, serta antara SMA dan Perguruan Tinggi (PT), yang juga tidak lepas dalam dimensi sekuens seperti halnya kontinuitas.

Olover (Oliva, 1992) menjelaskan pengertian artikulasi sebagai “artikulasi horizontal” atau “kolerasi”, sedangkan kontinuitas sebagai “artikulasi vertical”. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa antara sekuens, kontinuitas, dan artikulasi terdapat kaitan satu dengan yang lainnya. Sekuens merupakan pengaturan unit-unit dan materi pelajaran secara logis dan kronologis menurut unit, lembaga dan tingkatannya. Kontinuitas merupakan rencana introduksi dan reintroduksi unit-unit materi yang sama diberbagi tingkatan dalam upaya meningkatkan pemahaman yang kompleks dan komprehensif. Adapun artikulasi merupakan rencana sekuens unit-unit materi pelajaran tersebut secara lintas tingkatan.

8.       Kemampuan Transfer (Transferability).
Segala hanl yang diberikan sekolah pada hakikatnya merupakan “proses pentransferan nilai”, maksudnya apapun yang dipelajari disekolah seharusnya harus dapat diaplikasikan diluar sekolah, saat siswa sudah menamatkan pendidkannya. Dengan demikian, proses pendidikan disekolah harus dapat memperkaya kehidupan siswa.


Para alhi pendidikan seperti Thorndike, Daniel dan L. N.. Tanner, serta Taba menyepakati bahwa jika guru hendak mentransfer nilai-nilai tersebut, maka terlebih dahulu harus diperhatikan prinsip-prinsip umum dari proses transfer yaitu :

1.       Transfer merupakan “hati nurani” pendidikan;
2.       Proses transfer memungkinkan untuk dilakukan;
3.       Proses transfer dimulai dari situasi yang lebih dekat, kesituasi luar kelas yang lebih jauh dan luas;
4.       Hasil transfer akan lebih bermakna (meaningful) jika guru membantu siswa dalam menderivasi, generalisasi, serta menetapkan generalisasi tersebut : dan
5.       Secara umum, dapat dikatakan bahwa ketika siswa memperoleh pengetahuan bagi dirinya, proses transfer tersebut telah berhasil.

B.      Beberapa Masalah Khusus
Dalam kaitannya dengan pengembangan kurukulum, beberapa masalah berikut perlu dipahami secara seksama.
1.       Berbagai masalah yang berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil kurikulum yang diharapkan oleh sekolah, seperti :
a.       Untuk siapa kurikulum itu disediakan.
b.       Apakah kurikulum tersebut bermaksud mendidik siswa agar mampu mengendalikan diri, atau agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial.
c.        Apakah kurikulum bersifat mendoktrinasi sesuatu.
d.       Apakah kurikulum bermasuk mempersiapkan siswa bagi masa depannya, atau untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang dirasakan sekarang ini.
e.       Apakah kurikulum memberikan pelayanan terhadap masyarakat atau perorangan.

2.       Berbagai masalah yang berhubungan dengan isi dan organisasi kurikulum, yang terdiri atas :
a.       Ukuran yang digunakan dalam memilih bahan dan pengalaman-pengalaman kurikuler.
b.       Apakah kurikulum disusun berdasarkan mata pelajaran atau pengusahaan adanya korelasi.
c.        Perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam kurikulum tersebut.
d.       Jenis-jenis kegiatan dan pengalaman yang terdapat dalam kurikuler.
e.       Jenis kurikulum yang digunakan.


3.       Masalah yang berhubungan dengan proses penyusunan dan revisi kurikulum, seperti :
a.       Cara pengadaan artikulasi dan korelasi.
b.       Awal penyusunan dan perevisian kurikulum.
c.        Sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk penyusunan kurikulum.
d.       Pihak yang dapat ikut berpartisipasi dalam perubahan dan penyusunan kurikulum.


C.      Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Dalam studi tentang ilmu mengajar dan kurikulum, pembahasan mengenai permasalahan yang dialami guru senantiasa mendapat tempat tersendiri. Ini dikarenakan guru mengemban peran yang sanagat penting dalam keberhasilan proses pendidikan. Bahkan, berdasarkan pandangan yang ada sekarang ini, betapapun bagus dan indahnya kurikulum, keberhasilan kurikulum tersebut pada akhirnya bergantung pada masing-masing guru.

Pengembangan kurikulum melibatkan banyak pihak, terutama guru yang bertugas dikelas. Setiap guru mengemban tanggung jawab secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengadministrasian, dan perubahan kurikulum. Sejauh mana keterlibatan guru akn turut menentukan keberhasilan pengajaran disekolah.

Sejauh manakah peran guru dalam perencanaan kurikulum? Kurukulum disusun oleh suatu Lembaga tertentu(di Indonesia, kurukulum disusun oleh BP3K), yang umumnya dirancang oleh ahli kurikulum dengan bantuan ahli psikologi belajar dan ahli bidang studi.

Pada dasarnya, para guru itulah yang paling mengetahui berbagai masalah kurikulum yang tyelah dilaksanakan. Oleh sebab itu, berbagai saran mereka sangat diperlukan dalam perencanaan atau penyusunan kurikulum baru, tentu saja malalui prosedur langsung maupun tidak langsung.

Keberhasilan kurikulum sebagian besar terletak ditangan guru, selaku pelaksana kurikulum. Para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan kurikulum, baik secara keseluruhan maupun sebagai tugas yang berupa penyampaian bidang studi atau mata pelajaran yang sesuai dengan program yang dirancang kurikulum. Untuk itu, guru harus berusaha agar penyampaian bahan-bahan pelajaran itu dapat berhasil secara maksimal.

Karena itu, peran guru adalah sebagai pengajar, pembimbing, manajer, maupun ilmuan yang dituntut mencurahkan segala kemampuannya sehingga pelaksanaan kurikulum tersebut dapat berhasil. Selain itu, setiap guru dituntut untuk memahami sebaik mungkin tujuan, isi dan organisasi serta system penyampaian, sehingga kualitas dan kuantitas hasil pengajaran yang diberikan mencapai target yang dikehendaki.

Bagaimanakah peran guru  sebagai pengelola kurikulum? Sebagai pengelola kurikulum, guru bertanggung jawab antara lain membuat perencanaan mengajar (rencana tahunan, rencana bulanan, rencana permulaan, mengajar dan rencana harian), baik dalam bentuk perencanaan unit maupun dalam pembuatan model satuan pelajaran. Selain itu, guru harus berusaha mengumpulkan dan mencari bahan dari berbagai sumber, menyediakan perlengkapan atau media pengajaran, mengadakan komunikasi dan konsultasi dengan berbagai Badan atau Institusi yang mungkin dapat membantunya dalam pelaksanaan kurikulum, mengumpulkan data tentang partisipasi murud dalam mengikuti pelajaran atau berbagai kegiatan  kulikuler lainnya, ikut serta  menyusun jadwal pelajaran dan mengikuti berbagai pertemuan yang diselenggarakan oleh Sekolah dan para Pengawas, serta membuat laporan tentang hasil kegiatan kurikulum yang telah dilakukan.

Peran apakah yang dapat dilakukan guru dalam perubahan kurikulum? Kurikulum merupakan bagian dari usaha pembaruan dalam usaha pendidikan. Oleh karena itu, proses perubahan pendidikan tersebut sudah tentu akan melibatkan banyak pihak.

Dalam rangka perubahan kurikulum, umumnya dilakukan terlebih dahulu penilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan, guna melihat berbagai keunggulan dan kelemahan yang ada, ditinjau dari berbagai aspek (Filosofis, Sosiologis, Psikologis, Metodologis, dan lain-lain). Berbagai saran dan pengalaman guru yang dianggap sangat berpengalaman sering diikutsertakan dalam Panitia Pembaharuan, bersama para Spesialis dan Pekabat berwenang yang ditunjuk oleh Departemen Pendidikan. Jadi jelaslah, keterlibatan guru dalam pengembangan kurikulum sangat diperlukan.




[1] Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007) bab 4 : hal. 41-54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar